Download Data

Arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Garut seperti diamanatkan dalam RTRW provinsi Jawa Barat, adalah perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungannya harus memenuhi konsep mitigasi bencana dan pelestarian lingkungan agar pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dapat terwujud, sehingga pengembangan wilayah yang dapat menimbulkan dampak negatif atau menjurus kepada makin rendahnya kualitas lingkungan hidup harus dihindari. Dengan demikian, adanya kegiatan penambangan, pembangunan perkotaan, dan pembangunan kawasan industri perlu kehati-hatian terutama di wilayah Cekungan Garut yang memiliki karakteritik fisik lingkungan yang rentan untuk terjadinya bencana alam, apalagi alih fungsi lahan yang terjadi saat ini semakin masif, baik di wilayah pedataran maupun pegunungan, (Gambar 9). Dengan demikian harapan pembangunan Kabupaten Garut ke depan khususnya wilayah Cekungan Garut bertumpu pada sektorpemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan seperti pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Kedua kegiatan pembangunan itu telah berlangsung namun belum maksimal sehingga pengembangan geopark (taman bumi) yang memiliki misi konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat menjadi penting untuk mewujudkan peranan Kabupaten Garut sebagai penyangga wilayah Jawa Barat bagian utara khususnya wilayah yang termasuk DAS Cimanuk dan hitterland Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat. Bagaikan gayung bersambut, kegiatan wisata alam pada saat dan pasca Covid-19 menjadi tran di dunia, karena saat ini banyak masyarakat domestik maupun mancanegara membutuhkan hiburan untuk memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure) dan menghabiskan waktu luang (leisure). Memang, peranan pariwisata berkelanjutan dalam kondisi saat ini di berbagai negara tidak diragukan lagi karena telah menunjukkan keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat lokal melalui pengembangan desa wisata dan mampu mendorong keberhasilan sektor-sektor lainnya seperti sektor industri UMKM. Keadaan ini menjadi harapan besar bagi Kabupaten Garut yang 81,39% dari luas wilayahnya sebagai kawasan lindung (Alin Fitriyani, drr., 2015). Harapan itu dapat diwujudkan dalam program unggulan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

FGD Tinjauan Pengelolaan Ai Tanah Pasca Putusan MK Terkait Undang Undang nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan telah menerbitkan Atlas Zona Kerentanan Likuefaksi pada tahun 2019. Atlas ini memberikan gambaran indikasi awal kejadian likuefaksi dan merupakan informasi awal untuk perencanaan regional pada skala 1:100.000. Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan kedalaman informasi Peta Kerentanan Likuefaksi tersebut di atas, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan melaksanakan pendetailan peta pada skala 1:50.000, salah satunya dilakukan di daerah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Atlas Zona Kerentanan Likuefaksi Indonesia, daerah tersebut memiliki kerentanan likuefaksi tinggi - sedang yang terletak pada daerah dataran aluvial pantai yang merupakan daerah pemukiman dan terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang strategis.

PENYELIDIKAN GEOLOGI TERPADU MENUNJANG PENATAAN RUANG PADA KAWASAN RAWAN BENCANA WILAYAH PANTURA JAWA TENGAH

(KABUPATEN BREBES, KOTA TEGAL, KABUPATEN TEGAL, KABUPATEN PEMALANG)

Rony Afrian¹, Rustam, Eddy Tarwedi¹, Dita Arif Yuwana¹, dan M. Wachyudi Memed¹

¹Kelompok Geologi Lingkungan, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, KESDM

Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia

e-mail : kelompok.bge.gl@gmail.com

ABSTRAK

Geologi lingkungan merupakan gambaran kondisi suatu daerah yang di dalamnya memuat informasi komponen-komponen geologi lingkungan berupa faktor pendukung (sumber daya air, tanah/batuan, morfologi) dan faktor kendala/pembatas fisik bahaya geologi (gerakan tanah, kegempaan, bahaya gunungapi, tsunami, sesar aktif, penurunan tanah). Keadaan geologi lingkungan memiliki hubungan erat dengan kondisi dan karakteristik lahan dan sangat penting sebagai pertimbangan dalam perencanaan pengembangan wilayah.

Rencana pembangunan dan pengembangan suatu wilayah tentunya harus disesuaikan dengan daya dukung atau kemampuan serta keterbatasan lahan yang dimilikinya, dan daya dukung lahan setiap daerah umumnya cukup beragam serta mempunyai fungsi penggunaan yang berbeda-beda. Hasil analisis geologi tata lingkungan di daerah penyelidikan dibagi dalam tiga kesesuaian lahan yaitu kesesuain lahan tinggi, sedang dan rendah.

Keywords: geologi lingkungan, faktor pendukung dan faktor kendala

Penyampaian potensi geowisata Kabupaten Pangandaran pada acara Sosialisasi Bidang Museum Kegeologian di Kabupaten Pangandaran

Disampaikan pada saat Talkshow GTL terkait Kebijakan Geologi Tata Lingkungan

Hasil Kegiatan Evaluasi KBAK Kota Padang Panjang berdasarkan Permen ESDM No. 17 Tahun 2012